Jumat, 16 Desember 2011

Tafsir Atas Diam


Tafsir Atas Diam#1

diammu selalu saja memberi seribu satu tafsir mendalam. maka ketika ia berpadu gerimis hujan yang kusenangi, basahnya menggenangi jiwaku. ia mengapung dalam senyap sebelum akhirnya tenggelam dalam riuh tafsirnya.
tapi, di diammu kali ini, semua itu tak kutemukan. tak membekas dan berjejak. diammu tak memberikan arti apapun bagiku dan tiada arti sama sekali. tak seperti bisumu yang termakan waktu lalu.
sungguh aku ingin mencari tafsir baru atas diam kata mu itu. mendedahnya dengan logika cinta atas diam sikap dan jiwamu. tatkala malam mengabari bahwa mulutmu terkunci rapat, aku pun hanya ikut diam dan terdiam. bukan diam berkontempelasi menafsirinya,melainkan gugu yang menumpulkan onggokan bulat di kepalaku.

Tafsir Atas Diam#2
diammu berjarak dan memberikan ruang kosong bagi kita. di ruang kosong sempit tapi berasa tanpa tepi. entah itu setara dengan berapa jarak tahun cahaya. aku tak tahu.
ruang kosong harusnya menjadi manzilah bagi jiwa ku yang lelah akan diammu. tapi aku selalu nanar berada di sana. ketika diammu menjelma angkuh, aku jadi rapuh. dan lagi, terombang-ambing dibuatnya.
heningmu terus bermain dengan binalnya. melumat sabar yang kusemai berdarah-darah. sementara engkau kian larut di dalamnya, menikmati candu diammu. engkau curang dalam diammu!

Tafsir Atas Diam#3
diammu kudapati di antara belukar pilu yang kau semai. tak mampu aku menyingkirkannya atau sekadar menghembusnya. engkau boleh menggenggam luka itu, tapi sesungguhnya akulah yang terluka.
ketika diammu membawamu tinggi ke menara gading, tinggi, tinggi. dan aku tak mampu menjamah atau menengadahkan kepala. ini bukan cerita menang kala dalam kesombongan batin kita. tapi bisumulah yang membuatnya beranak pinak.
lalu kurelakan diriku kepada malam untuk memungut remah luka yang telah tercecer di ujung onak. jangan bilang ia tak tajam. baiknya kau rasakan sendiri, kelak atau selang sesaat aku merasai. mungkin sakit itulah yang memecahkan keangkuhan diammu itu. bukankah kita kerap belajar dan tersadar ketika pilu itu hadir.

*postingan di http://rachmawan.wordpress.com/tag/puisi-diam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar